3.2 TRI BOTTOM LINE (TIGA DASAR POKOK)

Skema pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi, yang menjadikan sektor pertanian (pedesaan) menjadi penopang industrialisasi ternyata tidak bisa diharapkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada satu sisi masyarakat desa harus menerima kenyataan dimana laju perkembangan industri berlangsung melalui pengorbanan sektor pertanian dan di sisi lain sumber-sumber agraria telah mengalami pengurasan besar-besaran dan mengalami penurunan kapasitas untuk melakukan pemulihan.
Memahami CSR sebagai kebertanggungjawaban entitas laba atas dampak operasionalnya maka seharusnya praktik CSR juga melingkupi sektor industri lain. Bahkan di banyak negara, komitmen keseimbangan triple bottom line juga melingkupi industri keuangan, properti, apparel, media, komunikasi, teknologi, dan lainnya-termasuk juga dalam ranah perangkat pemerintahannya dan di kalangan masyarakat sipil.

Dalam hal ini, jika sebelumnya pijakan tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada sisi finansial saja (single bottom line), kini dikenal konsep triple bottom line, yaitu bahwa tanggung jawab perusahaan berpijak pada 3P (profit, people, planet).

Salah satu yang terkenal adalah teori Triple Bottom Line yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness”. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line degan istilah economoic prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Profit. Dalam pengadaannya, setiap perusahaan tambang tentu berorientasi pada keuntungan/ laba pada awal pendiriannya. Untuk itu umumnya ada divisi terkait keteknikan yang mengatur bagaimana kegiatan menambang yang dapat menghasilkan hasil tambang yang optimal, baik dari segi pengerukan maupun pengolahan pemurniaannya. Ada divisi terkait pemasaran yang menangani bagaimana pabrik pertambangan ini tidak hanya ada proses input berupa pengambilan hasil tambang dari perut bumi, namun juga proses output berupa bagaimana caranya agar pabrik tersebut dapat selalu mendapatkan pelanggan secara kontinyu sehingga perusahaan tambang tersebut mendapatkan laba yang optimal. Dan juga penguatan manajemen dan divisi lainnya guna meningkatkan profit dari perusahaan tambang.
Planet. Beberapa perusahaan tambang sering melupakan aspek lingkungan dalam operasi penambangan. Mereka melakukan penambangan secara terus-menerus tanpa memperhatikan kerusakan lingkungan, keseimbangan ekosistem maupun jangka panjang lahan pasca penambangan. Salah satu daerah yang sangat disayangkan kerusakan lingkungannya akibat aktivitas penambangan adalah pulau Bangka-Belitung, jika dilihat dari Google Earth, maka terlihat sebagian daerah tersebut berwarna abu-abu yang menunjukkan lahan tandus. Oleh karenanya, diperlukan beberapa alternatif kegiatan dari perusahaan tambang guna antisipasi terjadinya hal-hal yang dapat merusak alam yang telah menjadi kearifan lokal masyarakat disekitarnya, diantara adalah pengadaan reklamasi. Reklamasi sendiri merupakan suatu usaha yang terdiri dari beberapa teknik yang diperlukan untuk memanfaatkan lahan pasca tambang secara ekonomis dan tidak mengancam kelestarian lingkungan sehingga memberikan produktivitas berkelanjutan sesuai dengan asas manfaat sosial, ekonomi, dan berwawasan lingkungan. Umumnya, reklamasi terkenal dengan istilah dari hutan kembali ke hutan. Namun hakikatnya reklamasi tidak hanya terbatas pada hutan saja, yang terpenting tujuannya adalah mempergunakan kembali lahan pasca tambang yang identik dengan tanah yang memiliki sedikit kandungan air.
People. Kesejahteraan manusia merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan, karena manusia sifatnya dinamis sehingga segala tindak ucapan, perbuatan, kurang lebih dapat mempengaruhi keberlanjutan perusahaan tambang. Setiap perusahaan tambang idealnya menaruh perhatian yang lebih terhadap masyarakat, selain agar memperoleh daya dukung, secara konstitusi setiap perusahaan tambang wajib memperhatikan aspek sosial di daerah sekitar pertambangan. Beberapa program CSR yang dapat diaplikasikan oleh perusahaan tambang adalah dengan memperhatikan aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, diantaranaya adalah dengan memberikan beasiswa pendidikan sehingga menjamin keberlanjutan pendidikan anak-anak disekitar perusahaan, mendirikan sarana kesehatan seperti poliklinik maupun rumah sakit sehingga membantu peningkatan kesehatan masyarakat, serta membantu penguatan ekonomi masyarakat daerah baik dengan pengunggulan sektor pariwisata, perkebunan, dan sebagainya. 
Penyeimbangan dari Profit, Planet, serta People ini dapat disinergikan sebagai upaya perusahaan tambang dalam meraih pembangunan berkelanjutan perusahaan yang secara konsisten mempengaruhi keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Diharapkan perusahaan melakukan kegiatan 3P ini untuk para pemegang kepentingan atau stakeholder, sehingga keberadaan perusahaan tambang tidak hanya dirasakan keuntungannya oleh para pemilik perusahaan saja namun juga berdampak pada lingkup sosial, yakni alam dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://seorangfilsufmuda.blogspot.co.id/2013/06/csr-dan-teori-triple-bottom-line.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

KEWIRASWASTAAN DAN PERUSAHAAN KECIL

Perlukah Nasionalisasi Perusahaan dan Asset Asing?